
Malam di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, baru saja beranjak. Minggu dinihari, 18 Februari 2001, tepat pukul 01.00 WIB, sekelompok warga Dayak menyerang rumah seorang warga Madura di Jalan Padat Karya. Empat orang meninggal dunia dan 1 orang luka berat akibat serangan itu, semuanya warga Madura Serangan yang diduga aksi balas dendam itu pun mendapat perlawanan.
Hampir 2 dekade kejadian memilukan yang terjadi di kalimantan tengah Tepat nya di kota sampit. Akibat perang antar suku tersebut, membuat banyak nya korban berjatuhan di antara kedua belah pihak. Sedikit nya 100 kepala dari suku madura di penggal oleh suku dayak, keadaan yang mencemkan terjadi di penjuru sudut kota. Yah perang sampit pecah tepat, 18 Januari 2001 tepat nya di kota sampit kalimantan tengah. Sampai malam keesokan harinya, Senin 19 Februari, ditemukan sejumlah jasad di berbagai sudut kota di Sampit.
Kejadian tersebut, membuat setidak nya ratusan ribu masyrakat dari suku madura harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Pihak keamanan berusaha keras untuk mengaman kan situasi disana . Akan tetapi banyak nya mayoritas suku daya membuat pihak berwajib kewalahan sehingga harus mendatangkan personil tambahan dari kalimantan timur, kemudian ditemukan bahwa asal mula pertikaian ini didasari karena perselisihan antar kedua belah pihak, yang berakhir pada aksi pembunuhan disertai pembakaran rumah. Usai peristiwa malam 17 Februari, secara bertahap di sudut-sudut kota Sampit terjadi berbagai macam aksi kekerasan dan pembunuhan.
Baca Juga : Arti Saham & Sejarah Saham Perusahaan
Para pemuka suku Dayak secara langsung memberikan dukungannya kepada masyarakat Dayak untuk dapat membersihkan Sampit dari suku Madura. Berbekal kekuatan magis, dengan cepat suku Dayak berada diatas angin, dan berhasil menghalau suku Madura hingga mundur ke luar kota. Banyak diantaranya kemudian mengungsi ke tempat aman yang disediakan aparat keamanan. Hingga Minggu, pukul 18.00, suasana di Kota Sampit masih tegang, arus lalu lintas lengang dan penduduk umumnya memilih mengurung diri di dalam rumah Suasana itu terasa hingga Palangkaraya yang berjarak 220 kilometer dari Sampit.
Namun, situasi berbalik pada 20 Februari 2001, ketika sejumlah besar warga Dayak dari luar kota berdatangaan ke Sampit. Warga Dayak pedalaman dari berbagai lokasi daerah aliran sungai (DAS) Mentaya, seperti Seruyan, Ratua Pulut, Perenggean, Katingan Hilir, bahkan Barito berdatangan ke Kota Sampit melalui hilir Sungai Mentaya dekat pelabuhan.
Sementara menurut data dari Polres Kotawaringin Timur, jumlah korban meninggal dari kedua belah pihak kerusuhan Sampit ada 315 orang. Jumlah rumah yang dibakar 583 dan dirusak 200. Sementara 8 mobil dan 48 sepeda motor dirusak. Dari ini kita harus belajar dari kejadian yang telah menimpa saudarah-saudarah kita di kalimantan tengah, Bahwa harus saling menjaga silahaturahmi dan saling menghormati suku budaya mana pun. Sebab siapa pun memiliki keyakinan dalam diri masing-masing dan memiliki latar keluarga serta suku.
Saat peristiwa kerusuhan itu pecah banyak korban jiwa yang tidak berdosa menjadi korban akibat keegoisan satu sama lain. Dan semoga kejadian seperti itu tidak terulang kembali agar masyarakat dapat beraktivitas dengan aman dan nyaman.